Wednesday 25 December 2013

26 DESEMBER 2013!

YO FELLAS! 

Udah bbrp hari sejak post terakhir gue, dan di post kali ini gue mau random posting aja, ga mau bikin puisi or anything-__- jadi pertama-tama, gue mau ngucapin: SELAMAT NATAL! Semoga damai sukacita natal selalu menyertai kalian dan keluargaJ OHYAA kalo kalian yang baca ini bukan kristen atau katolik, gue tetep ngucapin selamat natal! Karena mekipun kalian ga merayakannya, di hari natal semua orang tetep harus bersukacita dan berdamai satu sama lain.

Haha kedua, TOMORROW IS MY BELATED BIRTHDAY! Yap! Besok hari ulang tahun gue yang ke 16. I have so much to learn this year:’)
Ini hari terakhir gue menjabat(?) umur 15 tahun. Jadi di postingan kali ini, gue mau 
curcol(?) :3

Di umur gue yang ke 15 ini, gue terlalu banyak mengalami peristiwa. Entah peristiwa seneng, sedih, or anything. AND BELIEVE IT OR NOTTTT ratarata tentang percintaan-__-bleh. Cinta monyet aje di galauin, apabangetsi yagak? Hahahaha. Tapi beginilah gue, baru belajar dewasa dan hal-hal kecil aja bisa di anggep rumit.

Gue terlalu banyak kehilangan orang yang gue sayang. Gue terlalu banyak ngeluarin air mata buat orang yang mungkin aja gak pernah mikirin gue sedetik pun. Kebayang gak 
alaynya gue? hahahaha!

Di hari terakhir gue menjabat umur 15 tahun ini, gue throwback dan gue ngeliat seorang alvina yang bukan ‘alvina’ lagi. Gue bener bener kehilangan diri gue yang dulu sangat mentingin sahabat dan keluarga di atas segalanya. Gue kehilangan diri gue yang selalu ketawa dan senyum tanpa pura-pura, bukan gue yang cengeng. Gue kehilangan diri gue yang selalu anggep masalah cowok itu nomer kesekian. Dan gue bener bener gak kenal sama diri gue yang ini. Yang bisabisanya anggep cowok itu lebih berarti dari sahabat. Gue yang buta karena rasa sayang. Gue yang gak mau dengerin apa kata sahabat dan makbapak gue, dan malah keras kepala.

Tapi overall, dari semua kejadian kehilangan dsbdsb itu, gue belajar begitu banyak hal. Ya, kalian bisa liat di blog gue dari awal sampe skrg, kalo kalian peka pasti ngerti kok #caileh.

Gue belajar buat dewasa. Belajar buat ngerti, lebih penting butuh atau ingin? Terkadang, apa yang gue inginkan itu gak sebaik yang gue butuhkan. Gue belajar, kalo katakata “cinta gak harus memiliki” itu bullshit to the max. MANA ADA CINTA GA HARUS MEMILIKI. Dimana-mana cinta itu egois keles. Tapi ada saat dimana lo tau kalo dia itu bukan buat lo, dan lo harus ngelepasin dia. Merelakan dia bahagia sama orang lain, meskipun itu artinya harus kehilangan. Belajar, di setiap pertemuan itu pasti ada perpisahan. Belajar, setiap Tuhan udah nutup satu pintu, kebuka pintu lainnya. Belajar memaafkan dan ga mengungkit-ungkit kesalahan orang lain. Belajar mengerti keadaan orang lain. Belajar bahwa cinta itu bukan menyakiti melainkan membuat nyaman.
Belajar bahwa setiap orang yang masuk ke kehidupan gue, belum tentu mereka akan stay terus. Mungkin suatu saat mereka bakalan pergi. Dan mungkin suatu saat mereka akan kembali, jika Tuhan mengizinkan. Belajar bahwa cinta itu butuh ketulusan dan pengorbanan.

Belajar bahwa terkadang ada sesuatu yang ga bisa di paksa. Mau dipaksa kayak apapun, tetep aja. It will never work out. Belajar, meskipun cinta itu egois seperti yang gue bilang tadi, tapi kadang cinta itu harus ngalah. Emang sulit buat melangkah pergi apalagi pas lagi sayangsayangnya #gakcurhat. Tapi lebih sakit lagi disaat lo minta orang lain stay buat lo, tapi dia gak mau, dan dia udah bener bener pengen tinggalin lo. Itu jaaaaaauh lebih sakit. Gue belajar, lebih baik hidup di kenyataan yang menyakitkan daripada hidup dalam angan-angan yang membahagiakan.

DAN ini yang gue bener bener pengen nangis:’) nyokap gue pernah bilang gini:

‘Kak, cinta itu gak bisa di paksa. Kalo dia bahagianya bukan sama kamu, buat apa kamu pertahanin dia? Lebih baik kamu tetep sama dia, tapi dia gak bisa bahagia, atu kamu ngelepas dia tapi dia bisa bahagia sama pilihannya? Meskipun pasti sakit ngeliat dia bahagia sm org lain, tapi ya begitulah. Rasa sayang itu butuh pengorbanan. Lagipula, menurut cerita adam dan hawa kan perempuan itu di ciptakan dari tulang rusuk lakilaki. Berarti ada seseorang di luar sana yang bakalan jadi penggantinya dia di hati kamu. Sabar aje, ga bakalan jomblo selamanya kok’ 

Thankyou mama:’3 

Gue udah gatau lagi mau tulis apa intinya gitu deh, ini posting paling random sedunia -__-  abis ini gue masih harus beres beres rumah dlldll. Papayyyyyy gaiz;*

Tuesday 17 December 2013

17 Desember, 2013.

Sebuah sajak tak lagi berarti
Sajak yang selalu berisikan dia.
Dia, tak ada yang lain.
Menyiratkan luka yang begitu dalam
Menggoreskan begitu banyak kenangan.
Tak ada lagi diksi yang mampu mengungkapkan.
Tak ada lagi rangkaian kata
Yang mampu menyimpulkan rasa sakit itu.

Dia telah mengukir namanya begitu tajam di hatiku.
Menggores begitu dalam,
Terlalu dalam sehingga goresan itu sulit untuk di hapus.
Setiap malam aku terduduk dalam diam
Menangis dalam sepi
Terdiam dalam sendu.
Menatap kosong, seakan tak ada lagi harapan.
Seakan sebagian dari diriku ikut pergi bersamanya.

Satu perasaan yang begitu dalam
Tak akan cukup jika di ungkapkan dalam sepenggaal sajak.
Tak akan cukup jika di gambarkan dalam beribu-ribu diksi.
Tak akan mampu di katakan lewat bibir ke bibir.
Namun hanya bisa di rasakan oleh hati.

Oh ya.
Saat rasa sakit itu begitu dalam
Hanya air mata yang mampu berbicara.
Jangan pernah mengatakan 'jangan menangis' pada orang yang sedang tersedu-sedu.
Karena di balik setiap air mata,
Ada kisah yang tak semua orang dapat melihatnya.


Posted via Blogaway

Wednesday 4 December 2013

Karena Cinta Harus Berkorban

Cinta itu perlu pengorbanan. Saat kamu mencintai dia, namun dia mencintai orang lain, kamu harus tersenyum saat menatapnya dan bilang: "Kejar cintamu. Buat dirimu bahagia. Aku baik-baik saja."; meskipun saat itu air mata kepedihan telah mengembang dimatamu, dan hatimu sepenuhnya hancur. Lalu, saat orang yang kamu cintai ternyata membalas cintamu, namun lama-kelamaan rasa itu memudar dan bahkan hilang seutuhnya. Dan, duniamu yang tadinya penuh warna dan begitu indah, malah menjadi begitu kelabu bahkan menghitam. Tapi, karena rasa sayangmu yang tanpa batas itu, kamu memaafkan dia dan membiarkan dia pergi. Karena kamupun tahu, saat dia memutuskan untuk pergi, artinya tak ada lagi sesuatu dari dirimu yang mampu membuatnya bertahan. Toh, jika dia benar-benar ingin bertahan bersamamu, tanpa kamu mintapun dia akan tetap tinggal.

Hanya karena satu perasaan yang dinamakan 'cinta'; semua menjadi abu-abu. Kamu yang memaafkan dia meskipun dia telah meremukkan hatimu lebih dari hancur. Kamu yang selalu membelanya, meskipun kamu tahu dia bersalah. Kamu yang selalu dibuat menungu olehnya. Kamu yang selalu memikirkannya, bahkan disaat dia mengabaikanmu. Kamu yang selalu tersenyum, mengubur sakit hatimu dalam-dalam hanya karena kamu masih ingin bersamanya. Kamu, yang menuli s sajak berisikan dia, bahkan disaat diapun tak membawamu dalam kalimatnya.

Saat cinta membuat buta, logika tak berarti lagi. Tapi, orang-orang yang kamu sayangi itu pada akhirnya pasti akan pergi. Mereka mungkin pergi karena kehilangan perasaannya, atau karena semua usaha yang kalian lakukan demi hubungan kalian ini tak akan berhasil. Namun kamupun akan melihat dalam mata mereka, merekapun sakit. Merasakan perih yang kamu rasakan. Namun, mereka yang meninggalkan akan lebih cepat tersembuhkan lukanya daripada kamu yang di tinggalkan.

Namun saat luka mereka sembuh, lukamu akan semakin membesar. Mengingat dulu di pernah mencintai kamu. Pernah menangis dan tertawa bersamamu. Pernah memelukmu dan menggenggam tanganmu. Pernah menangis karenamu.

Saat kamu menatap dia, kamu mungkin akan melihat luka itu lagi. Namun, luka yang kamu lihat itu bukan luka dia. Tapi itupun lukamu sendiri. Luka yang tak bisa kamu sembuhkan. Luka karena selalu memaafkan. Luka karena terlalu peduli. Luka karena terlalu mencintai. Luka karena tak sanggup menutup kotak memori.

Memang tak mudah, akupun merasakannya. "Pernah" merasakannya. Namun untuk apa kamu terjebak di kotak memorimu bersamanya jika diapun mampu menutup memorinya bersamamu tanpa mempedulikanmu lagi? Mampu berlari menigalkanmu seakan-akan kamu tak berharga.

Cintamu itu layaknya pasir, semakin kamu coba untuk menggenggamnya, pasir itu akan keluar dari sela-sela jarimu. Lagipula, cinta itu akan datang dengan sendirinya. Tanpa kamu harus menanti dan menangis karenanya.

Karena sesungguhnya saat cinta membuatmu menangis, dia akan jera dan tak akan membuatmu menangis lagi karena hal yang sama. Malah sebaliknya, dia akan selalu berusaha membuatmu tersenyum bahkan di saat kamu sedang terpuruk.


Posted via Blogaway

Saturday 16 November 2013

Sabtu, 16 November 2013.

Selamat malam, kamu yang disana. Adakah kamu mengingatku, meski hanya sekelebat? Malam yang cantik ini dihiasi hujan yang turun deras. Tubuhku di dekap oleh dinginnya angin yang bertiup. Bagi sebagian orang yang sedang merindu, hujan melantunkan satu lagu yang bisa terdengar dan membuka kotak memori yang telah terlipat rapi. Dan, tebak saja, aku sedang merindu mu.

Sosokmu semakin tajam tergambar di kepalaku. Setiap detil dari tatapanmu, terekam jelas di mataku. Setiap sudut bibirmu yang - pernah - melengkung sempurna membentuk senyuman. Ya, di kepalaku hanya ada kamu.

Sebulan yang lalu, jika aku tak salah. Kita masih bisa saling menatap dalam satu helaan nafas. Kita masih bisa saling menggandeng dan merangkul dalam satu kedipan mata. Masih bisa saling tertawa, meskipun hati di landa ketidakyakinan.

Lucu, jika aku mengingat masa lalu. Dulu, akulah yang tak yakin akan menyayangimu hingga seterusnya. Dan kamulah yang yakin akan menyayangiku dan tak akan pergi meninggalkanku. Saat itu aku hanya tertawa dan mengangguk polos, mengiyakan semua perkataanmu.

Suatu saat, kita memutuskan untuk berpisah, tak lagi berjalan beriringan.

Kamu, yang selalu berbicara hal mengenai cinta, seketika tergugu dalam ragu. Meyakinkan diri akan perasaanmu kepadaku. Mencoba untuk bertahan, namun pada akhirnya tetap pergi. Pada akhirnya, akulah yang bertahan sendirian, dan kamu melangkah pergi. Aku, dan kamu, pernah menjadi kita. Akhirnya, kita menjadi dua, bukan lagi satu.

Kita telah memilih jalan masing-masing. Mungkin, memang harus seperti ini. Mungkin, kita di takdirkan untuk bertemu, namun bukan untuk berjalan beriringan. Atau mungkin, suatu saat, kita akan bertemu kembali dan bisa memulai semuanya lagi dari awal. Entah di tempat yang berbeda, di umur yang mulai dewasa atau di keadaan yang lain. Mungkin.

Posted via Blogaway


Posted via Blogaway

Monday 4 November 2013

Membuka Kenangan

Hari ini, aku pergi nonton sama temen-temen aku. Mungkin hari ini aku bisa seneng.
Mungkin hari ini aku bisa ketawa. Mungkin hari ini aku bisa senyum. Tapi yang di kepala aku cuma kamu. Saat kamu liat mata aku, yang ada cuma bayangan tentang kamu.

Senyum aku gak setulus dulu saat aku masih sama kamu. Semuanya gak seperti dulu. Saat kamu gak disini, di samping aku, bedanya bener-bener berasa.

Abis nonton, aku ke tempat makan. Jalan kaki, kayak kita dulu. Dulu, waktu kita jalan sama yang lain. Masih melalui jalan yang sama, dan menuju ke tempat makan yang sama. Dulu, kita masih bisa ketawa bareng.

Aku inget semua ekspresi yang kamu kasih ke aku loh. Masih inget setiap detil tatapan yang kamu kasih ke aku. Tatapan sayang. Masih inget setiap langkah yang kamu ambil sama aku.

Masih inget ketika tangan kamu mengelus kepala aku dengan lembut, saat kamu mencium puncak kepala aku dengan penuh rasa sayang, lalu kamu gandeng tanganku dan bilang "Aku sayang kamu, jangan tinggalin aku ya?"

Dan aku, dengan tulus, tersenyum dan berkata: "Iya:)"

Maaf kalo aku masih sayang kamu
Maaf.
Aku sayang kamu banget!:))

Tuesday 29 October 2013

Langit, Aku Harus Apa?

Langit, bagaimana caranya melepaskan seseorang yang memberikan aku begitu banyak kenangan? Bagaimana caranya melepaskan dan membiarkan dia terbang bebas, sementara aku disini terbelenggu rasa rindu? Bagaimana caranya membiarkan dia memilih kebahagiaannya, sedangkan aku disini ingin menjadi alasannya untuk berbahagia?
Mungkin wajah ini tersenyum. Mungkin wajah ini tertawa. Tapi hati ini tak berhenti meneteskan air mata. Kepala ini tak berhenti memikirkan dia.
Langit, bagaimana cara mengenang dia dengan senyum, bukan dengan tangis? Bagaimana cara mengenang dia dengan cerah, bukan dengan mendung?
Langit, tolong ukir ini di awan. Angin, tiup bisikan ini dan sampaikan padanya. Aku rindu dia. Aku rindu setiap momen yang kuhabiskan bersamanya. Aku rindu saat dia memegang tanganku dan berkata 'aku sayang kamu dan aku gak akan biarin kamu pergi.' Tapi dia kemana? Aku gak pernah pergi, aku selalu disini. Dia yg pergi dan melangkah jauh. Aku rindu dia.
Aku rindu kamu. Maybe someday I'll move on but this little part of my heart will always be yours.

Monday 14 October 2013

Ketika

Ketika rindu hanya bisa di pendam.
Ketika sayang hanya bisa di perdengarkan.
Ketika rindu membakar amarah menuju langit membentang.
Ketika cinta mungkin tak bersatu.
Ketika segala hal bertautan dan membuat segalanya rumit.
Ketika cinta menguraikan semua permasalahan.
Ketika rindu hanya dibalas oleh keheningan.
Ketika rindu menyebabkan tangis.
Ketika tangis membuat hati lega.
Ketika canda membuat senyum paksa.
Ketika senyum paksa, menjadi topeng untuk tangisan dalam hati.

14 Oktober 2013

Sakit. Ya, sakit banget. Natap langit dan melihat langit biru nan luas, yang membuka semua luka.

Sayang. Itu yang kamu bilang. Sayang seharusnya saling mengerti, tak pernah bosan, dan selalu mengerti satu sama lain.

Langit, tahukah kamu? Hatiku ini seperti kertas yang mempunyai lukisan indah diatasnya.

Ibaratnya, kertas ini telah robek dimana-mana, entah karena siapa dan dimana.

Setiap luka yg tertoreh itu menunjukan kekecewaan dan rasa sakit yang telah terukir.

Setiap kali aku mencoba untuk memperbaiki kertas yang sudah robek itu, seberapa keraspun aku mencoba, dengan apapun disatukan, kertas tersebut tak akan bisa kembali mulus seperti semula. Gambarnya pun pasti rusak.

Kalau semua luka yg tertoreh di hatiku bisa timbul di wajahku ini, mungkin wajahku sudah tidak berbentuk.

Aku mencoba melindungi rapuhnya hatiku ini dengan senyum dan tawa.

Tapi ada satu orang yang bisa melihat betapa perih dan rapuhnya aku, meskipun aku tertawa.

Orang itu pernah bilang ingin menjagaku. Namun, sekarang dia malah menorehkan satu luka lagi.


Posted via Blogaway

Sunday 13 October 2013

I Almost Do :')

"...
And I just want to tell you
It takes everything in me not to call you
And I wish I could run to you
And I hope you know that
Everytime I don’t,
I almost do, I almost do
..."

selamat malam, langit. apa kabar kamu disana? apakah kamu bahagia, atau bahkan kamu menangis? seperti aku, haha. langit, tahukah kamu? aku sayang dia. tanpa batasan.

tapi dia kemana? belakangan ini aku ngerasa dia berubah. aku kangen dia yang dulu. dulu, dia selalu mau ketemu aku. sekarang, dia bahkan takut bosen sama aku. sekarang, kayak gini. aku gak bisa konsen dalam melakukan apapun karena aku selalu kepikiran dia. aku sayang dia. sayaaaaang banget.

aku kangen dia disaat dia pegang tanganku dan bilang semuanya gapapa. aku kangen saat dia peluk aku dan bilang dia bakal jagain aku. aku kangen saat dia natap mata aku dan bilang dia sayang aku. aku kangen saat dia ngebela aku di depan temen-temennya saat aku dijatohin. aku kangen saat dia pertahanin aku, meskipun keadaan lagi kacau.

aku kangen dia.

langit, dia yang dulu itu kemana? 

aku takut dia tinggalin aku. bahkan aku takut kalau justru aku yang tinggalin dia. aku takut gak bisa percaya lagi sama cowok. aku takut bakalan sayang sama dia disaat aku gak bisa ngeraih dia. aku takut aku kangen dia disaat aku gak bisa ketemu dia.

aku bener-bener kehilangan. aku kehilangan pacar, saudara, kakak, adik, teman, sahabat, dan juga orang tuaku. aku kehilangan tempat untuk cerita, tempat untuk tertawa, tempat untuk menangis, tempat untuk bersandar, dan tempat untuk berpegangan saat aku butuh seseorang untuk pegang tanganku dan bilang kalo semuanya baik-baik aja. :(

(:

I feel so lonely, and I'm desperately sad.
I missed him so much.
But he doesn't even know.
He doesn't even care.
I think about him every time, every minute, and every second.
But he doesn't think about me at all.
He may laugh now.
But I've cried all day.
Try to fake a smile
But all I can do is cry.
Eventhough he said that he loves me
I don't know, either he's lying or not.
I can do nothing.
But I believe him.
What I feel these last few days is right.
He's change,
For one reason.
And I think that reason is not strong enough to break me up.
But, it's all up to him.
I don't know why I cried all day,
even though I know he doesn't care at all.

I just love him with no limits.

Friday 13 September 2013

Maafin aku, ya.

Maafin aku, ya. Maaf atas semuanya, maaf atas keegoisanku, maaf atas sikapku yang seperti anak kecil. Maaf aku sudah menyusahkanmu dalam segala hal.

Aku menulis ini di secarik kertas. Dan tiba-tiba, aku menangis.

"...

Seharusnya cinta itu saling mengerti. Seharusnya, cinta itu mengalah. Seharusnya, cinta itu tidak meminta. Tidak meminta, namun memberi. Tidak membentak, namun membicarakan semuanya secara jujur dari hati ke hati. Tidak mengekang, namun percaya. Tidak main hati, namun setia. Tidak berbicara, namun mendengarkan. Menangis, lalu tertawa. Tulus, tanpa menuntut balasan. Tidak pamrih, namun rela berkorban. Tidak menghitung berapa lama kamu bersama dia, namun menikmati setiap moment bersamanya. Jauh ataupun dekat, tetap rindu melihat senyumnya. Memberi kejelasan, bukan kebingungan. Memberi keputusan; bukan pilihan, maupun pertanyaan. Bukan lagi dua, melainkan satu.

..."

Sekali lagi, maaf ya.

"Maaf gue nangis. Semua ini karena gue sayang lo." :)

Pura-pura

Pura-pura tidak peduli, padahal sebenarnya kesal.

Pura-pura tersenyum di saat mau menangis.

Pura-pura bahagia, padahal hati menjerit kesakitan.

Pura-pura tidak melihat, padahal ada di depan mata.

Pura-pura tertawa, padahal air mata sudah ada di ujung pelupuk mata.

Pura-pura tidak tahu, padahal kemarahan sudah sampai ke ubun-ubun.

Pura-pura terlihat baik-baik saja, padahal ada yang mengganjal di hati.

Pura-pura mengalah, padahal ingin di mengerti juga.

Semuanya, pura-pura.

"I'd rather smile than telling why I'm sad."

Friday 2 August 2013

Jika.

Suatu pagi, di bulan Agustus.


"...
Melupakanmu, takkan mudah bagi ku.
Slalu ku coba, namun aku tak mampu 
..."

Sepenggal kalimat dari lagu kesukaanku. Melewatkanmu.

Sambil menatap burung-burung yang menyambut pagi dengan kicauan merdu, aku menangis.

Sejenak, dunia membisu. Burung-burung berhenti berkicau, dan aku terjebak di antara memori.

Jika saja, aku bisa kembali ke waktu itu.

Jika saja, aku bisa  menghentikan waktu.

Jika saja, aku bisa menolak untuk bertemu denganmu.

Jika saja, aku bisa memilih, dengan siapa aku akan jatuh cinta nantinya.
 
Jika saja aku tahu, kamu sudah memiliki pelengkap hatimu.

Jika saja aku bisa mencegah hatiku untuk menyayangimu.

Jika saja, semuanya belum terlambat.

Jika saja aku bisa mengutarakan semuanya di hadapanmu.

Jika saja kamu tahu.

Namun, semuanya hanya 'JIKA'.

Thursday 1 August 2013

new month&move on.

Kutatap langit malam. Indah, bagaikan tenda yang menaungi seluruh bumi ini. Bulan bersinar begitu indah, di temani oleh bintang-bintang. Langit, selalu menjadi inspirasiku. Selalu menjadi teman terbaik, saat aku butuh tempat untuk menangis, juga untuk tersenyum.

Tiba-tiba, air mataku menetes. Kenangan yang telah kututup rapat, perlahan membuka. Hening. Semua kenangan manis itu, dari awal hingga ke akhirnya, semua memutar perlahan, layaknya video bisu, dimana hanya hatiku yang bisa merasakan dan mengerti.

Ah, semuanya tergambar jelas di pikiranku. Saat aku butuh pundak untuk menangis, bibir untuk berbicara, dan mata untuk menenangkanku, kamu ada disana. Awalnya, aku hanya menganggap kamu, sebagai teman baikku. Sebagai teman bercerita. Tetapi saat aku sadar, semua telah menjadi rasa sayang.

Dengan penuh keberanian dan hati berdebar, aku menyatakan bahwa perasaan ini telah berkembang menjadi perasaan yang lebih-dari-seorang-sahabat. Kamu hanya menanggapiku dengan senyuman.

Hari demi hari berlalu, waktu terus berjalan. Dekat, dekat, dan dekat. Semakin hari, aku semakin yakin, bahwa perasaanku ini bukan perasaan yang main-main. Aku menaruh harapan yang tinggi padamu. Semakin kita dekat, aku semakin ingin untuk kau jadikan hak-milik.

Tapi kurasa, aku salah. Aku tak seharusnya menaruh harapan padamu.

Entah mengapa, semakin jauh tingkat hubungan kita, kamu semakin jauh. Jauh, sulit untuk ku raih. Aku kecewa.

Yah, mungkin memang tak seharusnya aku menyayangimu. Namun, apa dayaku. Jarum jam yang telah berputar ke kiri, tak bisa di putar lagi ke kanan. Ketika hatiku memutuskan untuk menjadikanmu salah satu orang spesial, ternyata kamu hanya memperlakukanku layaknya sampah. Mendekat, menjauh. Datang, dan pergi. Kamu pikir, hatiku ini apa? Pelabuhan? atau Bandara? Bisa kamu datangi dan kamu tinggal begitu saja.

Haruskah aku melupakanmu, dan melanjutkan hidup ini? Kurasa ya, harus.

"August, please help me. To move on"

Ketika mereka mencoba untuk bertahan dan tetap tinggal, maka dia memang di takdirkan untuk bersamamu. Tetapi ketika mereka meninggalkanmu dalam kesunyian, maka mereka hanya di hadirkan dalam kehidupanmu untuk membuatmu belajar.

Wednesday 31 July 2013

Bolehkah?

Langit begitu biru, burung-burung berkicau menyanyikan satu melodi merdu. Aku, yang kebingungan, menengadah ke langit dan mencari inspirasi untuk menulis. Pensil dan kertas telah terletak manis di sebelahku. Sambil memandang langit, aku mencoba menerka, bentuk awan yang ada di sana.

Saat aku menerka-nerka dan tertawa melihat keajaiban alam yang di ciptakan-Nya, aku merasakan ada orang yang mendekat. Kamu datang. Kamu, orang yang bisa membuat seluruh perhatianku teralih. Kamu, yang membuatku mensyukuri seluruh ciptaan Tuhan.

Oh, salah. Kamu bukan datang menghampiriku. Kamu hanya 'lewat'; bersama teman-temanmu. Hhh, mungkin memang aku yang bodoh. Mana mungkin kamu, yang tinggi, tampan, dan terkenal se-antreo sekolah, bisa menyukaiku?

Bodoh. Aku hanyalah anak perempuan bodoh dari kelas sebelah, yang berharap agar kamu bisa menyukaiku. Mana mungkin seorang 'aku'; yang culun, berwajah pas-pasan, pendek, tidak terkenal dan mengikat rambut ala orang jaman dahulu, bisa di sukai olehmu?

Aku hanya bisa tersenyum malu saat kamu melangkah semakin dekat ke arahku. Aku menatap matamu yang begitu indah, begitu tajam. Kurasa, kamu bisa merasakan tatapanku; tatapan seperti menelanjangi dirimu melalui matamu. Saat mata kita bertemu, kita berdua sama-sama tersentak.

Kamu tersenyum.

Oh, apakah aku yang berkhayal, ataukah memang kamu tersenyum kepadaku? AKU?

Aku menghabiskan sepanjang hari dengan tersenyum dan tertawa. Senyummu masih terbayang dalam pikiranku, dan setiap kali aku memikirkanmu dan senyummu, rasanya aku ingin mati saja.

Namun, bolehkah aku berharap?

I shouldn't have to tell you about my feelings. But I can keep it inside, for sure. 

Friday 21 June 2013

21 Juni 2013

hari ini gue kehilangan inspirasi untuk nulis di blog. jadi, gue memutuskan untuk menceritakan perasaan gue yang sampe sekarang bikin gue... bingung. iya, bingung. gue bingung harus ngapain. bukan harus ngapain pas ditanya 'lagi apa?' tapi gue bingung gimana harus bersikap sama seseorang.

let say, cowok ini deket banget sama gue. dia bilang, dia sayang sama gue. gue juga sih sebenernya... waktu gue jalan sama dia, itu rasanya seneng mau mampus. seneng banget gue. nah... terus dia tuh bilang sama gue, dia sayang sama gue blabla gitulah. dia cerita sama sahabat-sahabat gue. dan dia bilang, dia gak mau pacaran sekarang-sekarang ini.

PLIS DEH gue gak gila status kali. gue tau diri. gue tau lo masih susah ngelepas mantan lo kan? kalopun iya juga gapapa. sayang itu butuh waktu. dan lo gak bisa mengatur perasaan lo untuk suka sama ini atau sama itu. karena, hati menentukan pilihannya sendiri.

berat ya bahasa gue -_- tapi emang begitu adanya. lo sayang sama gue, kalo lo belom siap pacaran LAGI juga gapapa. emangnya gue nuntut apa sih? emangnya gue segitu gila statusnya? gue aja woles waktu jalan sama lo.

to be honest, lo doang cowok yang bisa bikin gue lupa pegang hape. lo doang cowok yang bisa bikin gue nyaman. lo doang cowok yang bisa bikin gue ngerasa seneng gak ada batas. lo doang cowok yang bisa bikin gue terlalu peduli. lo doang cowok yang bisa bikin gue khawatir berlebihan.

tapi gue gak ngerti jalan pikiran lo, lo ngerasain hal yang sama kayak gue atau engga. tapi gue gak pernah maksa. karena hati punya pilihan sendiri.

lo gak bisa paksa hati lo untuk ngelupain dia dan mulai buka hati untuk gue. hati itu memilih jalannya sendiri, bukannya dipilihin.

inget itu.

gue sayang lo, tanpa menuntut apa-apa. 

Thursday 20 June 2013

:))



Ketika kamu bertemu seseorang, dan kamu menjalaninya begitu saja, semuanya akan terasa nyaman. Dan ketika terjadi ketidak sengajaan, kalian jatuh cinta. Jatuh cinta itu memang mudah, kamu bertemu dengannya, berbincang, menemukan kecocokan dan perbedaan, dan tahu-tahu, kamu jatuh cinta begitu saja. 

Hatimu memilih, bukan dipilih. Hatimu tak meminta untuk dicintai, namun hatimu memilih untuk mencintai.

Namun terkadang, cinta itu juga bisa membuat kamu jatuh. Selayaknya terjatuh dari langit tertinggi. Dan ketika kamu terjatuh, rasanya begitu sakit. hatimu remuk, hancur berkeping-keping. Misalnya, saat kamu melihat orang yang kamu sayangi, menyayangi orang lain. Sakitnya luar biasa kan? Haha. Ya, aku sangat mengerti perasaan itu.

Tapi, cinta itu tak pernah memaksa. Dan cinta tidak harus memiliki. Hidup itu untuk mencintai dan mengasihi, bukan untuk di cintai dan di kasihi. Cinta itu bahagia, saat orang yang kamu cintai bahagia bersama orang lain. Cinta itu tersenyum, saat hati ini tersakiti. Cinta itu mengerti. Dan cinta itu merelakan.
Meskipun semua terasa berat, dan mungkin sulit bagimu untuk melakukannya, tapi itulah kenyataannya. Kalau kamu memang benar-benar mencintainya seperti yang kamu katakan, kamu akan melepaskan dia dan belajar tersenyum saat dia tertawa bersama orang lain. Meskipun hatimu menangis, yakinlah bahwa wajahmu akan tersenyum dan memperlihatkan pada dunia: “I’M NOT GONNA BREAK DOWN AND CRY.” Kamu kuat. Kamu berdiri tegak.

Sahabatku pernah mengatakan ini: Setiap pilihan ada resikonya. Sama seperti jatuh cinta; jatuh cinta tak  menutup kemungkinan bahwa kamu akan sakit hati. Tapi, cinta itu mengerti, merelakan, dan tersenyum.

Mungkin dia tak mengerti mengapa kamu tetap menyayangi dan mencintai dia. Namun isi hati siapa yang tahu? :]

Wednesday 5 June 2013

Untitled.

"Makasih buat perhatian yang tulus itu. Tapi gue mohon sama lo, jangan pernah peduli lagi sama gue karena guepun udah gak mau peduli sama lo. Lupain semua yang udah pernah kita alami. Makasih buat semuanya." 

Mudah bagimu untuk mengatakannya. Mudah bagimu, untuk memohon agar aku melupakanmu. Padahal, kasihku kepadamu terus bertambah dan bertambah seiring bumi berotasi. 

3 tahun yang lalu, aku mengungkapkan perasaanku kepadamu. 3 tahun yang lalu, semuanya terjadi dengan begitu manis. 3 tahun yang lalu, kejadian-kejadian yang terjadi dan mengalir begitu indah, selalu ku ingat setiap detiknya. 3 tahun yang lalu, saat aku dan kamu di pertemukan. 3 tahun yang lalu.

3 tahun yang lalu, kutulis surat untukmu, tujuh lembar. Tujuh, bukan jumlah yang sedikit. Semua yang kurasakan, ku tuangkan ke atas kertas putih; kertas putih yang tak mengerti jalan cerita ini. Surat itu kamu baca. Entah apa yang ada di pikiranmu saat itu, akupun tak mengerti. Segera setelah kamu membaca surat itu, kamu menghubungiku lewat telepon. Menurutku, saat itu adalah saat termanis. suaramu bagaikan nada yang mengalun menjadi satu. Namun, itu adalah terakhir kalinya bagi aku dan kamu berkomunikasi.

3 tahun aku menunggu, tanpa kejelasan. Sampai akhirnya, datanglah sebuah surat. Tepatnya, satu lembar surat. Saat aku membukanya, kamu mengatakan bahwa kamu mengasihiku. Bahwa kamu sadar, selama tiga tahun ini, kamu juga mengasihiku, sebesar kasihku padamu. 

Aku tak mengerti perasaan yang melandaku saat aku membaca surat darimu. Entah kasih dan benci yang terus berperang, aku tak mengerti. Perasaan ini terus berkecamuk, tanpa bisa aku kendalikan. Sungguh sulit untuk ku mengerti.

Ingin rasanya aku benci padamu, karena kamu sudah membuatku menunggu selama 3 tahun tanpa kepastian. Namun, seberapapun aku ingin membencimu, aku tetap memiliki kasih. Kasih yang sama besarnya dengan rindu yang menguasai hati dan pikiranku selama 3 tahun ini. 

Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku membalas suratmu. 2 lembar. Meskipun kurasa dua lembar itu tak cukup untuk menggambarkan perasaanku selama ini. 

Satu hari, dua hari, seminggupun berlalu. Aku sibuk, lupa dengan surat itu. Lalu datang sebuah balasan, yang isinya seperti itu. "tak usah mempedulikan aku lagi."

Kurasa semuanya cukup, aku mengerti. Tapi, apapun yang terjadi, tak akan membuatku berhenti mendoakanmu. Maaf, dan terimakasih atas semuanya.

Semuanya.

I hope I can protect the only thing I can't live without. That's you. - Tony Stark.

Sunday 2 June 2013

Maaf.

Maaf, dan terimakasih. Hanya itu yang bisa aku katakan. Maaf, karena aku pernah menyukaimu. Maaf, karena aku pernah menyayangimu. Maaf, karena aku pernah mengasihimu. Maaf, karena kamu pernah ada di hatiku. Maaf, karena aku pernah mengisi hatiku hanya dengan namamu. Terimakasih, karena kamu telah membiarkanku menyayangimu. Terimakasih, karena kamu telah membuat hari-hariku yang selama ini hitam dan putih, menjadi lebih berwarna.

Sejujurnya, aku tak begitu ingat, bagaimana awalnya kita bertemu. Seingatku, semuanya berawal dari pesan singkat di BBM, perkenalan yang diawali dengan senyuman manis. Kita saling berkenalan, dan lama kelamaan, kita semakin dekat. Tanpa ku sadari, setiap hari, kita saling berkirim pesan. Setiap pagi, sapaan hangat darimu selalu kutunggu, dan sebagai penutup hari, kamu selalu berkata "Selamat malam!:D" itulah yang ku bayangkan akan terjadi setiap hari. Lalu tanpa sadar, aku telah mengasihimu.

Sampai akhirnya suatu hari aku bertanya: "Kalo gue suka sama lo gimana?" pertanyaan yang mudah, namun jawaban yang sulit. Ya, aku tak ingin memberitahukan apa jawabanmu waktu itu, tentunya. Haha. Bagiku, semua sudah berakhir.

Seiring berjalannya waktu, aku semakin tak sanggup menahan rasa yang telah ada. Kepalaku terus berputar, hatiku terus berdegup, berharap kamu tahu yang sesungguhnya. Saat kamu akhirnya mengetahui perasaanku, respon yang kamu berikan sangat tidak terduga. Kupikir, kamu akan menjauh. Kupikir, kamu akan pergi. Yah, setidaknya, begitulah pada awalnya.

Semakin hari, melewati minggu-minggu dan bulan-bulan, kamu semakin menjauh. Kamu berubah. Apakah karena kamu sebentar lagi akan pergi jauh? Aku diam saja. Tak berkomentar satu katapun. Sampai suatu saat, aku melihat di salah satu jejaring sosial, bahwa kamu telah memiliki sahabat baru. Oh, jadi begitu. Kamu melupakanku.

Yah mungkin itu asumsiku, sampai akhirnya kita bertengkar karena apa yang ku anggap benar dan apa yang kamu anggap benar, bertolak belakang. Kamu pikir, aku mau bertengkar denganmu? Akulah satu-satunya orang yang ada saat kamu membutuhkan orang lain untuk berpegangan. Akulah satu-satunya orang yang ada saat kamu kebingungan dan membutuhkan tempat bercerita. Akulah orang yang ada saat kamu sendirian dan tak memiliki tempat untuk bersandar.

Aku tak menuntut untukmu agar menganggapku 'ada'; tetapi setidaknya, aku minta; JANGAN BERUBAH. Aku tahu, setiap hari pasti kita bertemu dengan orang baru, teman dan sahabat baru. Tapi, bolehkah aku minta agar aku tetap menjadi sahabat mu? Sahabat yang selalu ada di suka dan dukamu? Jangan menjauh... Aku pernah sayang. PERNAH. Semua sudah berlalu. Mungkin bagimu, aku terlalu melankolis. Ya, terserah padamu.

Aku hanya tidak ingin kamu berubah dan menjauh. Itu saja. Maaf jika permintaanku terlalu berat bagimu. Maaf.

Saturday 18 May 2013

post ke sekian

selamat hari sabtu kawan pembaca!(: ini hari apa sih? sabtu ya?...

hamintiga gue udah ulangan kenaikan kelas masa-_- doakan aku ya kawan supaya bisa mengerjakan ulangan, dapat nilai yang baik dan bisa naik kelas dengan peringkat yang bagus AMIN! hari ini, gue abis latihan paskib di sekolah gue tercinta FonsVitae1. latihan paskib ini untuk upacara hari senin, dalam rangka hari kebangkitan nasional. gue lelah teman, lelah... latihannya itu cuma seminggu, dan itupun banyak banget yang bolos-bolos, sekalinya lengkap (meskipun gapernah lengkap), eh pada minta pulang cepet. gila banget. ini latihan terakhir, tapi yang dateng, 15 orang aja gak nyampe... hedek gue, hedek. capek. kalo kayak gini mending gak usah upacara kan-_- oh iya, gue udah move on loh! cepet ya? maaf._. gue emang bukan tipe orang yang ngestuck lama-lama, paling lama aja dua bulan. wkwkwk kenapa jadi curhat gini -_-

jadi teman, post gue yang ini mau gue isi dengan sedikit hal yang gue alami selama seminggu ini. langsung aja listnya listnya...

1. di blog gue ini, gue udah ngepost dua cerpen kan? yang satu heart secret, yang satu lagi belajar melepaskan. sebenernya gue gak begitu suka bikin cerpen, gue lebih suka bikin puisi atau apalah itu. cerpen pertama yang heart secret, itu gue buat untuk permintaan maaf gue. kalo yang belajar melepaskan itu untuk tugas bahasa indonesia. tapi nyeseknya itu loh.... cerpen gue dihina, teman. cerpen gue dikatain... terus sejak post gue yang belajar melepaskan itu, gue jadi jarang ngepost disini soalnya gue kehilangan inspirasi. tapi gue sadar, setiap orang berhak berpendapat. kritik, saran, itu semua di butuhkan untuk mencapai kesuksesan. [amin.]

2. orang meninggal dimana-mana, men. maksud gue, meninggal dengan nahas. sahabat temen gue, saudara temen gue... gue jadi ngeri sendiri. bukan ngeri karena meninggal gitu, tapi karena yang meninggal itu orang-orang terdekat kita. gue gak bisa ngebayangin aja, gimana kalo nanti yang meninggal emak, atau bapak, atau adek gue... tapi emang sih, siapgasiap suatu saat kita akan dipanggil lagi ke asal kita, Tuhan Yesus.

3. gue makin percaya sama yang namanya hukum tabur tuai. apa yang ditabur sekarang, itulah yang lo tuai nantinya. dan bukan cuma gue yang berpikiran kayak gini, guru guru di sekolah gue juga berpikir kayak gitu. karena ada sesuatu hal yang terjadi di kelas gue, jadi guru gue bilang 'blabla tabur tuai' tuhkan gue bilang apa. tabur tuai = karma. apapun yang lo lakuin sekarang, itu nanti juga akan kejadian ke lo, entah apapun itu bentuknya. Tuha ngeliat, Tuhan gak tidur. oke, temen gue bilang gak boleh percaya sama karma, tapi gue percaya sama firman Tuhan, hukum tabur tuai. sekarang, mungkin gue ditampar pipi kanannya, gue kasih nih sekalian sama pipi kiri gue. tapi inget, Tuhan liat APA YANG LO PERBUAT.

4. gue percaya sama reinkarnasi. kesannya anak-anak bocah banget ya -_- soalnya, setiap hari itu orang ada yang meninggal dan ada yang lahir. setiap ada yang meninggal, pasti akan ada bayi baru yang lahir. seakan-akan, orang yang meninggal itu terlahir kembali dalam wujud bayi baru, tanpa dosa dan imut lucu polos gitu:3

5. gaboleh jahat sama orang lain. nanti kalo dijahatin balik, ngambek.

6. JANGAN PERNAH ANGGEP REMEH APAPUN. ini nih yang gue paling kesel sebenernya-_- gue paling sebel sama orang yang udah bisa ngerjain sesuatu hal, terus jadi sok gitu. misalnya, udah bisa paskib, eh malah anggep remeh dan malah main-main terus.

7. hidup itu kayak roda yang terus berputar. sekarang lo ada di atas, lo harus mau liat ke bawah, jangan sombong dan bantu orang yang ada di bawah lo. karena suatu saat kalo lo ada di bawah, siapa yang mau ngeliat & nolongin lo nantinya?

kira kira gitu deh....................

Thursday 16 May 2013

Tetap Menunggu

[I write this post, especially for my best friend.]

Sakit. Kamu tahu, seperti apa rasa sakit itu? Rasa sakit itu, saat aku melihat kamu mencintai orang lain, yang bukan aku. Sakit itu, saat aku berdua denganmu, namun pikiranmu melayang ke dirinya. Saat memegang tanganmu, tapi jiwamu seperti menggenggam kenangan akan dirinya.

Lelah, selalu menjadi yang kedua. Entah di dalam benak, hati, maupun jiwamu. Lelah, selalu dianggap tak penting. Apakah aku tak bisa sedikit saja memasuki ruang hatimu? Kamu ada di setiap sudut terdalam benak, hati dan jiwaku. Kamu bagaikan jiwaku yang hilang. Jiwaku yang meminta untuk ditemukan. Namun, sedikitkah aku di hatimu? Kurasa tidak. Kurasa setiap aku memegang tanganmu, hatimmu selalu menyebut namanya, bukan namaku. Adakah aku dibenakmu? Kurasa, benakmu hanya mengenal dia, dia, dan dia.

Selalu dia. Kamu anggap aku apa? Mainan? Aku tahu, cinta butuh waktu. Namun anehnya, semua yang terjadi padaku begitu berbeda. Apa yang ku lihat ada padamu, segala kekurangan dan kelebihanmu, semuanya sangat indah. Keindahan yang dibungkus dengan sosok yang seperti anak kecil, polos dan lucu.

Aku tahu, perasaan tak bisa dipaksa. Makanya aku katakan ini padamu: aku terus menunggu kamu. Disini. Aku harap, kamu mau menengok ke belakang, dan melihat aku yang disini menunggumu. Menahan kepedihan, saat melihat kamu mengejar dirinya. Dirinya, yang bahkan telah menemukan penggantimu.

Kamu tahu? Aku yang sayang padamu ini, mungkin selamanya akan tetap mencintaimu. Rasa sayang ini bukan rasa sayang main-main. Sedikitlah saja menengok ke belakang, dan lihat aku, yang menyayangimu tanpa meminta apa-apa. Yang bersedia menyayangimu dengan menerima apa adanya kamu.

Kalau suatu saat nanti, kamu lelah dan butuh tempat untuk bersandar, aku ada disini, menunggu, menunggu dan menunggu.

Menunggu kamu.

Pangeran dan Upik Abu

Aku ingat, waktu kecil, aku selalu memimpikan kisah cinta yang indah selayaknya seorang tuan puteri dan pangeran. Ehm, maksudku, upik abu dan pangeran. Upik abu yang secara fisik terlihat miskin, dan sang pangeran yang tampan dan kaya raya.

Beranjak dewasa, aku mengetahui bahwa upik abu dan pangeran itu hanyalah dongeng. namun, entah mengapa aku masih ingin percaya. Dongeng yang indah, dan selalu berakhir bahagia. Aku benar-benar mengharapkan dongeng itu terjadi. Aku sebagai upik abu, dan kamulah pangerannya.

Meskipun aku berharap dongeng itu benar benar terjadi, namun aku tetap bisa membedakan dunia nyata dan dunia mimpi. Pangeran di negeri dongeng yang ku impikan, amat tampan dan kaya. Kamu, pangeran yang kutemui di dunia nyata, bukanlah pangeran tampan yang memiliki istana; dan dia bukanlah pangeran yang disegani banyak orang. Tapi, entah mengapa aku tetap menyukaimu, dengan apa adanya kamu. Tetap menyukai pangeran dunia nyataku, dibandingkan pangeran dunia mimpiku. lebih menyukai kamu yang memiliki kelebihan dan kekurangan, bukan pangeran dunia mimpi yang perfect.

Jarum jam terus berputar ke kanan, tanpa bisa ku geser lagi ke kiri. Tanpa bisa ku ulang. Aku menyadari sesuatu. Upik abu mencintai pangeran bukan karena pangeran itu kaya raya dan tampan. Begitu juga dengan pangeran, ia tidak melihat upik abu begitu sederhana, dan terlihat miskin. Mereka saling menatap, dan mereka melihat sesuatu itu, sesuatu yang membuat mereka saling jatuh cinta. Kejujuran. Kepolosan. Keluguan. Kepercayaan. Kebaikan. Kelebihan. Kekurangan. Harapan.

Namun, kembali lagi. itu semua hanya dongeng. Aku dan kamu, disatukan oleh mimpi dan di pisahkan oleh realita. Dongeng mungkin berakhir bahagia. Kisahku dan kamu, siapa yang tahu? :))

 

Thursday 9 May 2013

CERPEN - Belajar Melepaskan.



Semuanya terjadi tanpa di rencanakan. Dimulai dari percakapan singkat antara dua orang –  aku, dan Aldi.
          “Nanti lo kuliah, mau ambil jurusan musik ya?” tanyaku, lewat aplikasi pesan singkat – BBM.
          “Nggak lah Chel, gue ambil jurusan yang lain. Tapi, main musik tetep jadi hobi gue.” balasnya.
          Oh iya, aku lupa mengenalkan diri. Namaku Rachel Margaretha, biasanya dipanggil Rachel. Minggu pagi ini, aku – seperti biasa – tiduran di kamar, sambil memegang ponsel serta membuka laptop. Aku adalah siswi salah satu SMA swasta di Jakarta. Aku duduk di kelas X, tepatnya di X5.
          Pagi ini, kebetulan aku sedang berkirim pesan singkat lewat BBM; dengan seorang temanku yang bernama Aldi. Aku penasaran, apakah Aldi mau masuk jurusan musik nanti setelah kuliah? Kenapa tiba-tiba aku bisa berpikiran seperti ini? Karena ia memiliki kemampuan bernyanyi yang bagus. Suaranya amat merdu, dan ia juga pandai bermain alat musik. Yah, setidaknya, ia berusaha belajar memainkan alat musik itu.
          “Oh, gue kira lo mau masuk jurusan musik.” sahutku singkat.
          “Hahaha, nggak lah. Tapi sekarang gue lagi punya accoustic project nih.”
          “Ohya? Hebat dong! Eh, gue mau ikutan boleh gak?” tanyaku, hanya bercanda. Namun, reaksi yang diberikan Aldi sangat mengejutkan.
          “Boleh, coba dulu aja nyanyi, cover lagu apa kek gitu.” sahut Aldi, datar.
          Aku memberanikan diri, dan memilih untuk menyanyikan lagu Perahu Kertas yang dinyanyikan oleh Maudy Ayunda. Aku merekamnya melalui voice note, dan segera mengirimnya ke Aldi.
          “Bagus Chel suara lo. Ikut aja sama accoustic project gue.”
          “Serius? YES! Okee, anggotanya cowok semua atau cewek cowok?”
          “Cewek cowok kok.” balasnya singkat.
          “YES! Oke. Anggotanya siapa aja?” tanyaku, terlalu bersemangat.
           “Gue sebagai vokalis, Adi sebagai cajoon player, Dias sebagai bassist, Richard dan Marsha sebagai gitaris.” Tanpa sadar, aku menghembuskan napas lega. Karena, aku mengira manusia bernama “Marsha” ini adalah perempuan, sama seperti aku.
          Aku memberanikan diri bertanya. “Eh, bagi pin mereka dong.”
          “Nih, gue kasih pinnya.” Lalu, Aldi pun memberikan pin bb Marsha dan Dias kepadaku.
          Aku meng-invite pin bb mereka, dan mereka segera meng-accept request-ku. Aku penasaran, seperti apa sih wajah mereka? Aku membuka foto yang mereka tampilkan di profile BBM mereka. Lalu aku terkaget.
          Loh, Marsha itu cowok?’ pikirku. Lalu, aku segera bertanya kepada Aldi.
          “Woi Di, Marsha itu cewek atau cowok?” tanyaku langsung ke intinya.
          “Cowok lah-_-“ sahut Aldi.
          “Terus ceweknya siapa?”
          “Ya elu lah.” ASTAGA ALDI.
          “Yaampun……” sahutku. Aku terkejut, berarti, aku adalah perempuan satu-satunya dalam band ini? Aku mengirim pesan pada Marsha, dengan bermodalkan ‘hai’. Dan, disinilah awal percakapan kami. Serta awal dari cerita ini.
          “Hai, gue Rachel, temennya Aldi. Salam kenal yaJ” aku memandang sebentar pesan yang ku tulis di aplikasi pesan singkat itu – dan memencet enter untuk mengirimkannya. Tak berapa lama, Marsha membalas BBM-ku.
          “Hai juga, gue Marsha, salam kenalJ” katanya. Dari pesan sesingkat itupun, aku langsung tahu, dia orang yang baik.
          Kami berkirim pesan cukup lama, tak menyadari jarum jam terus berputar. Dan waktu sudah menunjukkan pukul 01.47.
          “Lo gak tidur? Besok sekolah kan?”
          “ASTAGA. Iya gue besok sekolah. Lo juga kan? Jangan tidur malem-malem coy” kataku sambil bercanda dan bersiap-siap tidur.
          “Gue udah lulus, gue tiga tahun di atas Aldi.” sahut Marsha.
          Aku menatap layar ponselku selama beberapa detik, dan baru menyadari apa maksud dari isi pesan itu. HAH?! Batinku, terkaget.
          “Lo… Tiga tahun lebih tua daripada Aldi?! GUE HARUSNYA PANGGIL LO KAK.” Kukirim pesan itu.
          “Woles aja kali sama gue, Aldi juga panggil gue Marsha.”
          “GABISA. Mulai sekarang gue akan panggil lo kak. Eh gue tidur dulu yaa.”
          “Iya. Goodnight(:” Balasnya. Pesan itu, mengakhiri percakapan kami hari itu.
          Keesokan harinya, dan juga seterusnya, kami hanya berkirim pesan jika ada hubungannya dengan band yang baru saja kami bentuk bersama-sama. Suatu hari, ia mengirimiku pesan.
          “Chel, Sabtu ini gue sama Aldi bisa ke rumah lo gak? Kita coba ngumpul aja dulu. Rumah lo dimana?”
          “Bisa kok, rumah gue di cawang. Kalian susah nanti cari alamatnya-_- gini deh, lo tau gereja Antonius kan? Kalian kesana aja, nanti kalo udah deket kasih tau gue. gue jemput kalian nanti, terus kita sama-sama naik angkot ya.”
          “Gue sama Aldi bawa gitar, Chel.”
          “Ya gapapa, emang kenapa? Malu? Yaudah gak usah.” balasku. Tak berniat ketus, namun dikira ketus.
          “Iya deh iya, okee sampai ketemu Sabtu ya(:” kata Kak Marsha, mengakhiri percakapan kami.
          Hari Sabtu. Sekarang pukul 10, dan aku telah menunggu mereka di halaman gereja. Kemana nih manusia dua, kok gak dateng-dateng. batinku.
          Setengah 11, dan akhirnya mereka muncul membawa dua gitar. Aldi duduk di belakang, berarti yang mengendarai motor itu Kak Marsha.
          Aldi, aku sudah pernah bertemu, jadi aku tidak usah menggambarkan rupa dan seperti apa orangnya. Kak Marsha, dia tinggi, rambutnya cepak berantakan, alisnya tebal, matanya bulat dan berwarna cokelat kehitaman, pipinya gendut, dan dia berpenampilan sangat santai. Kesan pertama, cukup bagus.
          Aku segera mengajak mereka ke rumah, dan kami berbincang-bincang, bernyanyi, namun aku masih takut-takut mengeluarkan suara. Sampai akhinya jam 2, mereka memilih untuk pulang, karena Aldi ada tugas di gerejanya.
          Malamnya, aku mengirim pesan singkat pada Aldi dan Kak Marsha. Aku mengucapkan terimakasih, mereka mau jauh-jauh ke rumahku, padahal rumah mereka di Bekasi. Sejak pertemuan kami bertiga, entah mengapa aku dan Kak Marsha semakin dekat.
          Kami berkirim pesan singkat lewat BBM, lalu terkadang kak Marsha mengirim suara dia yang sedang bernyanyi dan bermain gitar. Saat mendengar suaranya, entah mengapa, hatiku berdesir. Hatiku bagai tersetrum listrik berkekuatan rendah, namun anehnya, geli, bukan sakit. Lalu, tanpa ku sadari, sebenarnya aku telah sayang padanya.
          Hari demi hari terus berjalan. Kami menjalani hari-hari seperti biasa, menjalani kehidupan masing-masing. Namun pesan-pesan yang dia kirimkan kepadaku, entah mengapa membuat hariku terasa lebih spesial.
          Rasanya, setiap kali ia mengirimkan pesan singkat yang berisikan perhatian, kebaikan dan kejahilannya kepadaku, aku seperti memiliki sayap, dan diterbangkan ke awan harapan.
          Namun, rasanya ada hal yang mengganjal. Aku selalu bertanya-tanya, apakah dia memiliki perasaan yang sama selayaknya aku memiliki perasaan terhadapnya? Ataukah, hanya aku yang memiliki perasaan ini? Atas dasar penasaran dan iseng, aku bertanya padanya: “Eh, kalo gue suka sama lo gimana?”
          “Gapapa kok, kalo lo suka atau sayang sama gue, hati mana ada yang tau, Chel. Tapi kalo misalnya orang itu sayang sama orang lain, lo gak boleh kecewa. Anggap aja suka dan sayang itu seperti harapan dan mimpi. Kalau harapan atau mimipi itu gak tercapai, lo gak boleh kecewa. Karena gak semua kenyataan sesuai sama yang lo pengenin.”
          Aku kehabisan kata-kata. Lalu, tanpa sadar, aku mengirim pesan ini: “Gue sayang lo, bego.” Hhh, habislah sudah. Tanpa sengaja. Aku tak bermaksud untuk mengirim pesan seperti itu. Namun, balasan yang dikirim olehnya, lebih membuatku terkejut.
          “Gue juga sayang sama lo, sebagai adek gue.”
          Kaget. Kaget. Kaget. Bahkan, kusebutkan kaget tiga kalipun belum cukup untuk menggambarkan perasaanku. Aku sadar, bahwa perasaanku tak terbalas. Dan kesalahanku terletak disini. Aku tetap berharap.
          Kami menjalani hari-hari seperti biasa. Berkirim pesan, berkirim voice note, dan seterusnya. Pada satu hari, aku membuka twitter dan melihat kak Marsha berbincang dengan seseorang bernama Fani. Entah mengapa, aku tak suka. Karena, aku merasa Fani suka kak Marsha. Ternyata, benar perkataanku. Fani dan aku berkenalan, dan akhirnya kami menjadi dekat. Fani bercerita kepadaku, bahwa ia suka dan sayang pada kak Marsha. Tetapi, Fani jauh di Bali sana dan kak Marsha di Jakarta, disini, bersamaku.
           "Kamu gak benar-benar punya perasaan itu kan? Itu semua, cuma bohong, kan?" Kalimat itu yang keluar dari mulut kak Marsha, saat ia mengetahui perasaanku.
          Ya, aku memang memberanikan diri berkata kepadanya mengenai perasaanku ini. Maksudku, sambil bercanda. Aku tak sanggup jika harus terus menahan dan menahan.
          Aku tersenyum pedih sambil menatap layar ponselku. Mungkin, memang dia hanya menganggap aku adiknya. Mungkin, memang kesalahanku terletak pada berharap.
          “IYA LAH BOONG. Menurut lo aje ye, gue naksir sama lo. Iiiih~ Lo kan udah punya Fani,” balasku via BBM.
          “Bagus deh, soalnya gue sayang sama lo sebagai adek gue, Chel”
          Tanpa terasa, sebutir air mata menetes.
          Aku tahu, dia peka. Aku tahu, dia merasakan tatapanku yang menatap tepat dimatanya. Aku bukannya terlalu berani mengungkapkan, tapi memang aku bukan tipe yang bisa memendam perasaan. Ah, biarlah. Biarkan aku dengan perasaanku, dan biarkan dia dengan pikirannya dan kepekaan hatinya. Biarkan dia dengan Fani, dan aku dengan diriku. Hubungan kami kini, hanya sebatas kakak dan adik, dan juga anggota band yang sama.
          Kesalahanku memang terletak pada “berharap” dan tetap menunggu jika suatu saat nanti dia mungkin bisa sayang padaku lebih dari kakak ke adiknya. Mungkin, memang tak setiap pertemuan harus di satukan. Karena, jika takdir siap mempertemukan, takdir juga siap memisahkan. Dan aku, akan belajar melepaskan.
Menunggu selalu ada di setiap cerita. Yang tidak bisa kamu prediksikan, adalah akhir dari cerita itu. Terkadang, akhir ceritanya tak selalu sesuai dengan yang kamu harapkan. Tak semua cerita berakhir bahagia. Aku dan kamu, misalnya.
Aku dipertemukan denganmu, tanpa kesengajaan. Tanpa kusangka, tanpa di duga. Seiring jarum jam yang terus berputar,Aku dan kamu semakin dekat. "Kita."Aku berani mengganti 'aku' dan 'kamu' menjadi "kita", karena tanpa ku tebak, ternyata muncul sebuah perasaan yang dinamakan 'cinta'.
Secercah cahaya yang dinamakan 'harapan' mulai tumbuh dalam hatiku. Sedikit, demi sedikit. Perhatianmu, dan canda tawamu, semua itu membuatku terbuai. Membuatku terbang ke awan harapan, bukan lagi tanah realita.
Namun, ketika cahaya itu telah menyala terang, kamu, berkata bahwa perasaanmu tak lebih dari seorang kakak ke adik.Tetapi aku tetap menunggumu. Apakah aku menunggu sesuatu yang pasti?
          Suatu hari, kamu memperjelas perasaanmu.Entah mengapa, sepertinya sayapku patah. Sayap yang membawaku terbang ke awan harapan. Dan seketika, aku terjatuh. Terjatuh ke tanah realita.
Mataku mulai melihat, bahwa harapan itu kosong. Realita ini telah mengembalikanku ke alam sadar. Harapan yang selama ini ku impikan, ternyata adalah hal yang transparan, dan tak bisa ku raih.
Cahaya yang ada di hatiku, perlahan mulai meredup.Redup, redup, dan semakin redup. Cahaya itu semakin mengecil, tak sanggup menghadapi tanah realita sendirian.
Lihat?Tak semua cerita berakhir bahagia.Tak semua cerita bisa berakhir sesuai harapanmu. Tak semua cerita bisa menyatukan 'aku'; dan 'kamu' menjadi "KITA".