Friday 18 September 2015

18 September 2015

"Cintaku abadi, bukan kata-kata manis yang menyakitkan", begitu katamu.
Kala itu, hanya isak pedih yang mengisi sepi.
Hanya suaramu yang kudengar menggema lembut, berkata:
"Aku mungkin pergi, tapi aku selalu tahu jalan kembali. Karena kamu, adalah tempatku berpulang."
Kenangan itu merayap naik lagi saat hujan menyentuh bumi.
Meresonansi kenangan-kenangan pahit yang tak seharusnya kuingat lagi...
Langit menangis.
Airmatanya berdebam keras memukul bumi.
Namun yang kudengar...
Hanyalah hening yang memilukan.
Berdenging begitu keras, sakitnya hingga ke ulu hati.
Aku ingin bermimpi, namun di mimpiku tak ada kamu...
Aku ingin kamu, namun ragamu tak lagi disini...
Aku ingin kamu.
Berlari menuju kamu dan memelukmu lagi.
Namun hatimu tak lagi untukku...

Pasti Bahagia, Ya?

Bagaimana rasanya?
Tertawa diatas kepedihan yang melanda dan tak kunjung pergi?
Bagaimana rasanya?
Berjalan dengan pasti?
Saat disini, aku berjalan tertatih dengan airmata yang menetes disetiap langkah?
Bagaimana rasanya?
Melupakan aku begitu saja?
Seolah tak ada apa-apa, seolah tak pernah ada perasaan?
Bagaimana rasanya?
Menatapku dengan kebencian saat kamu tahu aku menatapmu dengan rasa?
Pasti bahagia, ya?