Sunday 3 August 2014

03 Agustus 2014

Tangan ini selalu menuliskan cerita.
Sebenarnya, bukan tangan ini.
Tapi, jiwa yang terluka.
Terluka dalam cerita tentang cinta, kehilangan, dan kesepian.
Suatu saat, definisi takkan berarti...
Tangan ini akan melumpuh...
Namun hingga saat itu tiba,
Akankah semua kisah itu tentang kamu?

Kita sudah memilih jalan kita masing-masing.
Kita sudah saling tahu,
Bahwa lebih baik kita berjalan sendiri-sendiri.
Aku tanpa kamu.
Kamu tanpa aku.
Karena, kita hanya akan saling menyakiti jika kita memaksa untuk tetap bersama.

Namun, kamu masih memegang kekuasaan penuh atas hatiku.
Dan, aku; berusaha memungkiri kenyataan itu.

Bagaimana jika aku alihkan airmata menjadi senyum pura-pura?
Bagiku, cukup seperti ini.
Aku, dan kamu.
Tanpa kita.

Aku menulis puisi yang bertema sama,
Setiap hari,
Dan aku alamatkan pada cinta yang bermuara pada kamu.
Dengan begini,
Aku bisa menangis tanpa membuat tuli telingamu.

Friday 1 August 2014

Percayalah, Saya Mengetahuinya.

Saya tahu, bagaimana rasanya tidak di dengarkan.
Maka, saya belajar untuk mendengarkan.
[]
Saya tahu, bagaimana rasanya di abaikan.
Maka, saya belajar menghargai.
[]
Saya tahu, bagaimana rasanya di cemooh.
Maka, saya belajar untuk tersenyum dan mengatakan "tidak apa apa".
[]
Saya tahu, bagaimana rasanya di hindari.
Maka, saya belajar untuk diam...
[]
Saya tahu, bagaimana rasanya di khianati.
Maka, saya belajar untuk setia.
[]
Saya tahu, bagaimana rasanya pernah dicintai, lalu di tinggal pergi.
Maka, saya tidak berani membuka hati lagi.
Untuk siapapun.
[]
Saya tahu, bagaimana rasanya kehilangan.
Percayalah, saya mengetahuinya.