Tangan ini selalu menuliskan cerita.
Sebenarnya, bukan tangan ini.
Tapi, jiwa yang terluka.
Terluka dalam cerita tentang cinta, kehilangan, dan kesepian.
Suatu saat, definisi takkan berarti...
Tangan ini akan melumpuh...
Namun hingga saat itu tiba,
Akankah semua kisah itu tentang kamu?
Kita sudah memilih jalan kita masing-masing.
Kita sudah saling tahu,
Bahwa lebih baik kita berjalan sendiri-sendiri.
Aku tanpa kamu.
Kamu tanpa aku.
Karena, kita hanya akan saling menyakiti jika kita memaksa untuk tetap bersama.
Namun, kamu masih memegang kekuasaan penuh atas hatiku.
Dan, aku; berusaha memungkiri kenyataan itu.
Bagaimana jika aku alihkan airmata menjadi senyum pura-pura?
Bagiku, cukup seperti ini.
Aku, dan kamu.
Tanpa kita.
Aku menulis puisi yang bertema sama,
Setiap hari,
Dan aku alamatkan pada cinta yang bermuara pada kamu.
Dengan begini,
Aku bisa menangis tanpa membuat tuli telingamu.