Sunday 6 November 2016

Saya Rindu Kamu

jujur,
saya banyak menangis sejak kamu pergi.
rindu?
ada.
rindu saya ini sudah memuncak,dan tak mampu saya tahan lagi.
saya lelah berjalan diantara derak memori tentang kamu.
setiap saya mencoba melipatnya,
kamu melompat masuk lagi ke pikiran saya.
saya rindu saat kamu menelepon saya tengah malam, karena kamu bilang "rindu".
saya rindu saat kamu memeluk saya...
saya ingin kamu menggenggam tangan saya sekali lagi
lebih erat, bisa?
saya rindu saat kamu mencium kening saya dan bilang;
"hati-hati ya, kalau udah sampai di rumah kabarin."
saya rindu kamu yang menemani saya saat saya mengerjakan semua tugas yang membuat saya kewalahan.
saya rindu menulis kebahagiaan tentang kamu.
saya rindu segala kenangan yang ada kamu nya...
saya harus gimana?

"I just can't find a way to let go of you..."

Wednesday 5 October 2016

6 Oktober 2016

03.30 dini hari.

di sini lah aku berada, lagi.
di kamarku sendiri, duduk termenung menatap kekosongan.
memikirkanmu, lagi.
memikirkan semua pembicaraan kita sesubuhan ini.
bagaimana kamu sangat ragu...
bagaimana kamu takut.

baiknya aku bercerita tentang dia yang pernah mengisi hatiku;
sebelum kamu.

aku selalu takut untuk jatuh cinta lagi
sejak dirinya memutuskan untuk pergi.
dia,
laki-laki yang aku kagumi dulu karena eloknya dia saat sedang bermain di lapangan basket.
aku jatuh cinta padanya,
karena dulu dia begitu baik, dan sabar...
namun itu hanya awal saja.
cintanya ia umbar-umbar lewat kata-kata.
janji-janjinya membuatku terbuai.
pelukannya yang erat sempat membuatku yakin padanya.

akhirnya apa?

dia pergi.
dia memutuskan bahwa aku tidak cukup untuk memuaskan ego nya sendiri.
dia berkata-kata dalam bahasanya sendiri,
bahasa yang membingungkan dan membuat duniaku berputar 360°.
aku begitu yakin akan dirinya...

3 tahun berlalu,
dan kemudian
di tengah semua fvck boys yang ada;
aku bertemu denganmu.

pertemuan singkat yang jika di ingat-ingat lagi,
sebenarnya sangat lucu.
aku tidak tahu siapa kamu,
hanya sekedar nama.
nama yang mulai muncul di notifikasi handphone ku;
nama yang mulai menjadi prioritasku tanpa ku sadari.
nama lelaki yang ku sebut setiap kali aku berbicara.

setelah banyak kejadian memilukan dan membutuhkan tangisan,
akhirnya kita sampai di awal klimaks cerita kita.
ya, kita.
dimana kamu dan aku jatuh cinta;
dan terlalu kalut untuk menyadari bahwa kita masih sama-sama takut.

takut di sakiti, takut menyakiti.
taku di lepas, takut melepas.
takut memikirkan kemungkinan terburuknya.

kita terlalu sering mengucap 'cinta' dengan ketakutan yang masih me-rajalela.
kita masih di jajah oleh resonansi masa lalu...

klimaksnya, sekarang kita harus apa?
haruskah aku membuat jarak?
supaya kita bisa bernafas, dan menyembuhkan hati kita perlahan-lahan.

aku tidak mengerti cara mengakhiri cerita ini.
cerita tentang kita yang masih sama-sama trauma.
mungkinkah kamu punya jawabnya?

Thursday 21 April 2016

Tidak.

Hati yang kucoba rekatkan,
Kini patah lagi dan bagian-bagiannya tak lagi terdeteksi.
Terlalu sakit...
Aku tak sanggup lagi menanggungnya...
Rasanya, menangis pun tidak dapat dijadikan pelarian.
Kesendirian membuat semuanya terasa sepi bagiku.
Hening begitu memilukan hati,
Sehingga sakit rasanya untuk membuka mata saat pagi hari dan mengingat lagi luka yang semakin membuka...

Aku ingin pergi.
Namun, kemana?
Langkahku tanpa arah dan pijakannya semakin goyah.
Harapanku yang dulu membara kini hanya setitik nyata.
Bahkan puisipun tidak mewakilkan.

Sunday 17 April 2016

Pagi, Malam, Sore dan Senja.

Sore selalu menikmati pertemuan sementaranya dengan Senja.
Senja pula, dengan cintanya kepada Malam;
Ia rela dimatikan warnanya oleh sang kegelapan.
Namun, entah mengapa Malam menunggu Pagi.
Dan Pagi selalu menyambut terangnya dengan bahagia,
Tanpa menggubris adanya Malam
Yang rela mengantarkan Pagi, sementara sang gelap harus menunggu lagi.
Menunggu, untuk bertemu lagi dengan sang Pagi.

Demikian, dengan adanya sebuah cerita
Aku berharap bisa setulus Sore, yang selalu menunggu datangnya Senja
Walaupun sementara, namun ada rasa bahagia dan menerima.
Menerima bahwa Senja lebih bahagia ketika ia memuja Malam.
Aku ingin menjadi seperti malam,
Selalu ada untuk menghantarkan Pagi bangun dari gelapnya.
Dan timbul setiap pagi untuk menjadi bahagia sendiri,
Walau Malam harus mati.

Mereka menorehkan cerita yang berbeda.
Mengenai bahagia dan kesakitan.
Sedih, namun melepaskan.
Dan kuharap begitu juga yang sama
Terjadi padamu.
Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu,
Karena sekarang, walaupun rasanya perih;
Aku merelakanmu.