Darah yang bergejolak seakan menggerakkan tangannya untuk terus menulis.
Helaian rambutnya kian hari kian menipis.
Kakinya tak sanggup lagi untuk bergerak.
Ia lelah.
Ia tak pernah cukup baik untuk siapapun.
Makanya, dia mengasingkan diri dan memilih untuk sendirian.
Dia memasang headphone dan tidak mempedulikan sekitarnya lagi.
Lagu yang diperdengarkan, memenuhi otaknya. Sejalan dengan detak jantungnya.
Mengalir bersama ketakutan di hatinya.
Dia memilih untuk menghentikan tawanya yang hampa dan kosong.
Menghentikan kata-kata yang terucap tanpa nada.
Dia jatuh.
-
Dia, sang tokoh, sering berjalan mengikuti arah matahari.
Namun, dia selalu melangkah ke arah persimpangan.
Persimpangan,
Dimana dia harus memilih.
Saat dia membulatkan tekadnya untuk memilih,
Terkadang dia masuk ke jalan buntu.
Dia mencoba untuk mundur dan berjalan di jalan lainnya.
Karena ia tahu, dia harus tetap berjalan.
Namun terkadang, dia di pertemukan dengan persimpangan lainnya.
Hingga akhirnya, dia tak lagi sanggup berjalan.
Tak sanggup berpijak.
Dan dia jatuh terduduk di antara pilihan.