Friday 13 September 2013

Maafin aku, ya.

Maafin aku, ya. Maaf atas semuanya, maaf atas keegoisanku, maaf atas sikapku yang seperti anak kecil. Maaf aku sudah menyusahkanmu dalam segala hal.

Aku menulis ini di secarik kertas. Dan tiba-tiba, aku menangis.

"...

Seharusnya cinta itu saling mengerti. Seharusnya, cinta itu mengalah. Seharusnya, cinta itu tidak meminta. Tidak meminta, namun memberi. Tidak membentak, namun membicarakan semuanya secara jujur dari hati ke hati. Tidak mengekang, namun percaya. Tidak main hati, namun setia. Tidak berbicara, namun mendengarkan. Menangis, lalu tertawa. Tulus, tanpa menuntut balasan. Tidak pamrih, namun rela berkorban. Tidak menghitung berapa lama kamu bersama dia, namun menikmati setiap moment bersamanya. Jauh ataupun dekat, tetap rindu melihat senyumnya. Memberi kejelasan, bukan kebingungan. Memberi keputusan; bukan pilihan, maupun pertanyaan. Bukan lagi dua, melainkan satu.

..."

Sekali lagi, maaf ya.

"Maaf gue nangis. Semua ini karena gue sayang lo." :)

Pura-pura

Pura-pura tidak peduli, padahal sebenarnya kesal.

Pura-pura tersenyum di saat mau menangis.

Pura-pura bahagia, padahal hati menjerit kesakitan.

Pura-pura tidak melihat, padahal ada di depan mata.

Pura-pura tertawa, padahal air mata sudah ada di ujung pelupuk mata.

Pura-pura tidak tahu, padahal kemarahan sudah sampai ke ubun-ubun.

Pura-pura terlihat baik-baik saja, padahal ada yang mengganjal di hati.

Pura-pura mengalah, padahal ingin di mengerti juga.

Semuanya, pura-pura.

"I'd rather smile than telling why I'm sad."