Selamat malam, kamu yang disana. Adakah kamu mengingatku, meski hanya sekelebat? Malam yang cantik ini dihiasi hujan yang turun deras. Tubuhku di dekap oleh dinginnya angin yang bertiup. Bagi sebagian orang yang sedang merindu, hujan melantunkan satu lagu yang bisa terdengar dan membuka kotak memori yang telah terlipat rapi. Dan, tebak saja, aku sedang merindu mu.
Sosokmu semakin tajam tergambar di kepalaku. Setiap detil dari tatapanmu, terekam jelas di mataku. Setiap sudut bibirmu yang - pernah - melengkung sempurna membentuk senyuman. Ya, di kepalaku hanya ada kamu.
Sebulan yang lalu, jika aku tak salah. Kita masih bisa saling menatap dalam satu helaan nafas. Kita masih bisa saling menggandeng dan merangkul dalam satu kedipan mata. Masih bisa saling tertawa, meskipun hati di landa ketidakyakinan.
Lucu, jika aku mengingat masa lalu. Dulu, akulah yang tak yakin akan menyayangimu hingga seterusnya. Dan kamulah yang yakin akan menyayangiku dan tak akan pergi meninggalkanku. Saat itu aku hanya tertawa dan mengangguk polos, mengiyakan semua perkataanmu.
Suatu saat, kita memutuskan untuk berpisah, tak lagi berjalan beriringan.
Kamu, yang selalu berbicara hal mengenai cinta, seketika tergugu dalam ragu. Meyakinkan diri akan perasaanmu kepadaku. Mencoba untuk bertahan, namun pada akhirnya tetap pergi. Pada akhirnya, akulah yang bertahan sendirian, dan kamu melangkah pergi. Aku, dan kamu, pernah menjadi kita. Akhirnya, kita menjadi dua, bukan lagi satu.
Kita telah memilih jalan masing-masing. Mungkin, memang harus seperti ini. Mungkin, kita di takdirkan untuk bertemu, namun bukan untuk berjalan beriringan. Atau mungkin, suatu saat, kita akan bertemu kembali dan bisa memulai semuanya lagi dari awal. Entah di tempat yang berbeda, di umur yang mulai dewasa atau di keadaan yang lain. Mungkin.
Posted via Blogaway