Sunday 1 November 2015

Cerita Anak Jalanan

Tangan-tangan mungil itu mengusap keringat yang membanjiri dahi mereka.
Siang itu, matahari bersinar begitu terik.
Seolah tidak peduli siapa yang merasakan panasnya.
Anak-anak jalanan itu menatap langit, seperti ingin berkata:
"Mengapa terikmu harus menambah derita kami?"

Setiap sudut jalan yang kulirik begitu ramai.
Ramai dengan adanya suara pengamen kecil,
Ramai dengan tangan-tangan kecil yang menjajakan koran dan minuman.
Mereka yang sosoknya samar di belakang kaca mobil,
Hanya tega menatap sinis.
Menatap jijik ke arah anak-anak kecil tak berdosa itu.

Mereka mengacungkan jari mereka dari balik kaca mobil, seraya menertawakan anak jalanan.
Padahal, makhluk kecil itu hanya berjuang untuk mendapatkan uang yang tidak seberapa
Untuk makan bersama keluarga mereka malam nanti.
Mereka yang begitu menikmati hidup mewah,
Memikirkan parfum mana yang akan mereka beli.
Ketika anak-anak jalanan ini memikirkan,
Dimana mereka akan tidur saat langit mulai gelap...

Di satu sudut,
Ada anak perempuan kecil yang sedang menangis.
Tangisannya begitu tersedu, dan entah mengapa terdengar memilukan.

"Aku ingin hidup seperti anak-anak lain..."
Bisiknya perlahan.

"Aku ingin belajar, bukan menjual koran...
Aku ingin bermain, bukan berlari sana-sini dengan kaki telanjang untuk mencari sesuap nasi..."

Aku memeluk gadis kecil itu, dan ikut menitikkan airmata.
Lalu kudengar lagi kalimat yang begitu menyakitkan hatiku, lebih dari apapun.

"Aku ingin menjalani hidup sebagaimana adanya HIDUP.
Bukan memikirkan bagaimana cara bertahan hidup di ibukota..." 



No comments:

Post a Comment